Blogger Kalteng

Profil Debu Yandi (Dalam Puisi)

Dimanakah cahaya itu
Tunjukan jalan untukku ya Allah

Cahaya itu hilang entah kemana
Kini yang tampak hanyalah seberkas sinar terselubungi kabut-kabut hitam.
Kesejukan jiwa sirna oleh fatamorgana dunia.
Jalan itu kini tertancap duri,
Yang setiap saat selalu terinjak.

Jiwa merasa tak pantas menjadi sebuah bintang....!!!
Sulit bagiku menuju cahaya itu, jalan bak terhampar ular
Yang akan selalu menggigit. 
Sejenak mata memandang bintang itu indah.

Api menghujam di dalam hati,
Selalu berkobar tak terpadamkan.
...cahaya itu selalu bersinar...
Jalan terhampar luas
Tertuju satu tujuan.
Insan itu kelelahan
Tersesat di dalam kabut,
Tipu daya warna kehidupan.
...pandangilah...!!!
Wahai insan yang kelelahan
Pandangilah, gapaikanlah bintang itu.
Bangunlah...!!!
Jangan kau selalu berpejam, tidurmu bukanlah istirahat bagi jiwa mu.
Tataplah cahaya itu yang selalu menunggumu.
Berlari jangan kau berjalan
Karena jalanmu berjuta makna hilang terbuang.

“Jejak langkahku akan ku cari di setiap penjuru cahaya Mu Ya Allah”
Kabut itu menggelapkan mentari, sampai-sampai mentari itu tak sanggup, 
Tak mampu membuka mata.
Setiap ingin melihat yang tampak hanyalah seberkas sinar di antara sejuta kabut.

“kalbuku bak debu disapu angin di bawah terik surya
Entah tau kemana terbawa”
Hujan tak kunjung datang
Menyirami insan yang terbuang
Oleh langkah-langkah suram.

Jejakmu kau gelapkan, hingga kau tersesat
Di padang gersang...
Tak ada setitik embun yang menyejukkan.

Teriakan hati
;”cepatlah berlari ! Kejar cahaya itu !”
Namun langkah tak kuasa..
Karena kekuatanmu
Tak kau hiraukan.
Kau biarkan khayalmu melayang tinggi
Terjatuh kejurang kematian.
“dimanakah perananmu wahai bintang redup?”

Pohon, daun, ranting
Menertawakanmu
Burung-burung tak lagi bernyanyi merdu.
Tetapi kau hanya menutup telinga tak pernah membuka mata.
Matamu hanyut terbuai,
Megahnya samudera sejuknya pantai.

Lihatlah disana
Kau masih disini.

Walaupun kau berlari
Tapi kau takkan mampu mengejar.
Kau rapuh
Kau lelah
Kau tak berdaya
Kau binasa
“coretan itu terhapus”
Pagi itu cepat sekali
Kau putar menjadi sore.

(Pagi yang indah
Kau melangkah terjatuh.)

Kini...
Bintang redup itu mulai sedikit memancarkan sinarnya.
Walaupun bayang-bayang kabut selalu dan terus menyelimuti.
Dimanapun kau melangkah
Kau mengukir berjuta pertanyaan.
Kekaguman dan cinta.
Kau melangkah menuju kebahagiaanmu.
Namun kau harus tahu dua kata itu selalu terselubung di hatimu.

Debu..
Kau juga sadar sulit bagimu menepis semua itu
Tapi kau punya kekuatan
Kau mulai bangkit dari istirahat tidurmu.
Matamu kau buka dan menatap kedepan
Lebih terang.
Robb ku telah menampakkan hidayah-Nya
Berjuta do’a selalu ku mohonkan,
Kini Allah SWT membantuku.

Aku ingin wajah-wajah suram ini berseri dan memancarkan sinarnya.
Namaun aku selalu sadar bagaimanapun kita merawat suatu tanaman tentu daunnya akan jatuh dan layu.

Namun,
Debu... selalu berfikir
Dan selalu melangkah.
Menuju sebuah makna.


Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post