BLOGGER KALTENG - Belum sempat mandi,
menjelang Adzan Isya berkumandang pada tanggal 10 Juni 2016 telpon ku berdering. Seseorang yang sudah cukup lama ku kenal menelpon dan bermaksud menjemput untuk bersama-sama melaksanakan
shalat Isya dan Taraweh di Masjid Darussalam Kota Palangka Raya.
Tanpa berpikir panjang aku iyakan. Tidak beberapa lama beliau datang dengan mobil berwarna hitam, aku lupa mobil jenis apa, lebih tepatnya aku tidak tahu.
Adalah suatu kehormatan
bagi ku, dijemput oleh seorang pejabat yang sebenarnya beliau tidak mau
dibilang pejabat, beliau lebih suka dengan sebutan "Sang Pelayan",
karena hakekatnya orang-orang seperti kami adalah pelayan bagi masyarakat,
begitu ungkap beliau mempertegas jati dirinya.
Tidak ada pembicaraan
yang formal kala itu, hanya percakapan-percakapan sederhana, namun lebih pada
membicarakan wacana pengembangan dan pemberdayaan kreativitas pemuda yang kami
fokuskan.
Ada banyak konsep yang
beliau sampaikan, dan ingin bersama-sama kami realisasikan ke depan, terutama
mengarah pada aktivitas di internet. Iya..banyak konsep, dan sekarang masih
dalam rancangan.
Baik wacana ataupun
konsep sama saja bagi beliau. Maksudnya, tidak ada konsep yang
tidak beliau realisasikan nantinya. Hanya saja sebelumnya harus dimatangkan,
karena adalah kesalahan besar jika gerakan tanpa konsep yang jelas.
****
Adzan Isya berkumandang,
kami telah tiba di masjid. Aku mengambil shaf di
tengah-tengah, dan beliau sendiri memilih untuk berada di shaf depan.
Mungkin sudah jadi
kebiasaan ataupun jati diri bahwa mereka yang memilih shaf shalat di bagian
depan adalah mereka yang memantaskan dirinya kelak sebagai seorang pemimpin.
Adalah hal yang pertama
kali ku liat, saat memilih shaf beliau seakan-akan berlari (berjalan cepat),
berlomba untuk menuju shaf di depan bersama para jamaah lainnya. Aku hanya tersenyum kecil, dan sempat terpikir ingin melakukan hal yang
sama ketika melaksanakan shalat berjamaah nantinya.
****
Shalat Isya, Taraweh dan
Witir telah usai.
Selanjutnya kami
melanjutkan aktivitas menuju tempat jasa laundry, mengambil pakaian yang pada
pagi harinya beliau titipkan ke sana. Entah akrab atau tidak beliau memang
pribadi yang mudah bergaul dan tidak canggung untuk bercanda dengan siapa saja.
Aku perhatikan beberapa saat ia dan pemilik jasa laundry dan beberapa orang
lainnya tengah asyik tertawa. Aku tidak begitu jelas
mendengar pembicaraan mereka, karena pada saat itu aku sedang duduk di dalam mobil.
****
Perjalanan selanjutnya melayat ke salah satu teman seperjuangan beliau,
salah satu Anggota DPRD Kota Palangka Raya Bapak H. Budi Susilo (Alm) di rumah
kediamannya jalan Tjilik Riwut. Ada banyak isak tangis dan kunjungan di sana,
karena almarhum dikenal dengan sosoknya yang ramah dan suka bercanda. Semoga
amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT. amin
****
Kira-kira pukul 22.30 WIB kami beranjak dari rumah duka dan kembali
meneruskan perjalanan. Malam mulai larut, mungkin beliau merasakan apa yang
tengah aku rasakan, yakni lapar kala itu.
Memang awalnya beliau bertanya, “mau makan apa?”, dengan cepat aku
menjawab “ulun ikut Abang aja”, ucapku penuh harap.
Beliau kembali mengarahkan mobilnya ke pusat kota, “kita makan sop
tulang, tempat biasa Abang makan?”. Pikirku kala itu, di mana rumah makan itu?
Dugaan kuat ku, aku akan dibawa makan mewah. Maklum pada bulan Puasa, yang ku
makan tidak jauh berbeda dari hari pertama puasa, hingga menjelang akhir, nasi
kotak hasil dari buka bersama di Mushalla jalan Melati Komplek PCPR Kota
Palangka Raya.
Niat ku sudah mantap, “ini aksi perbaikkan gizi”.
Sekitar 15 menit perjalanan kami telah tiba di lokasi tempat makan
yang menyediakan Sop Tulang, yang konon kata beliau enak dengan ciri khasnya
masih sama sejak awal buka hingga sekarang. Lokasinya di jalan Yossudarso,
tepat berada di depan Kantor TVRI Kalteng.
Ibarat pepatah “ada kemauan, pasti ada jalan”, maksud hati ingin makan
mewah dengan niat perbaikkan gizi, akhirnya niat itu dikabulkan. Tempat itu
kini jadi langganan ku, sudah tidak terhitung lagi rupiah yang ku keluarkan
untuk menikmati Sop Tulang di sana. Ditambah lagi berbagai macam gorengan
dengan bumbu yang nendang di lidah, sungguh makanan ini sangat mewah, bukan
karena ukuranku yang sesuai namun satu hal yang aku temukan dari sosok beliau,
yakni selera kami sama, dan mungkin aku termasuk orang yang akan menyusul
kesuksesan beliau nantinya. Insya Allah.
Ada banyak pelajaran yang aku dapatkan dari perjalanan singkat ini.
Bersama salah satu Anggota DPR RI, seorang pejabat yang suka berpantun, yang
tidak mau dibilang pejabat, namun lebih nyaman dengan sebutan “Sang Pelayan”. Semua
sederhana, tidak ada yang mewah, tidak ada yang berlebihan. Tidak ada yang
berubah dari sosoknya, hanya saja kemauannya yang terus berubah, melakukan yang terbaik untuk
Kalimantan Tengah, selalu optimis bahwa kita bisa karena banyak potensi
yang kita miliki.
“Fokuslah pada apa yang menjadi targetmu, gapai dengan kerja keras,
Insya Allah akan ada kesuksesan yang menantimu di depan”, begitu ungkap beliau
mengakhiri perjalanan malam kami saat itu. Terima kasih semangkuk sop tulangnya Bang.
****
Catatan Perjalanan
Bersama Rahmat Nasution Hamka
Anggota DPR RI Komisi II
(Sekarang, Tahun 2017 Beliau Komisi IV)
Oleh : Debu Yandi
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.